MENOLAK KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI,MAHASISWA ATAU ANARKIS?


Putusan Mahkamah Konstitusi
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar melakukan "long march" menuju gedung DPRD Sulsel di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (27/9/2019). ANTARA FOTO/Arnas Padda/YU/ama.


Indonesia sebagai negara hukum menjunjung tinggi supremasi hukum dan konstitusi sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, akhir-akhir ini, kita menyaksikan gelombang protes yang tidak hanya menguji keteguhan pemerintah, tetapi juga memunculkan pertanyaan fundamental: Di mana batas antara hak untuk menyuarakan pendapat dan kewajiban untuk mematuhi hukum?


Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menjadi kontroversi belakangan ini memicu reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat, terutama mahasiswa. Sebagai pilar intelektual bangsa, mahasiswa sering kali dianggap sebagai penggerak perubahan sosial dan politik. Namun, ketika protes yang mereka lakukan berujung pada tindakan anarkis dan perusakan fasilitas umum, pertanyaannya adalah: apakah mereka masih dalam kapasitas sebagai agen perubahan, atau telah bergeser menjadi ancaman bagi ketertiban umum?


Hak Demokrasi vs Kewajiban Hukum


Kebebasan berpendapat dan menyampaikan aspirasi di muka umum adalah hak asasi yang dijamin oleh konstitusi. Mahasiswa memiliki hak untuk menolak putusan MK jika mereka merasa keputusan tersebut tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Namun, hak tersebut tidak boleh digunakan sebagai justifikasi untuk tindakan yang melanggar hukum dan merugikan kepentingan umum.


Fasilitas umum adalah aset bersama yang seharusnya dilindungi dan dijaga, bukan dihancurkan sebagai simbol perlawanan. Ketika mahasiswa, yang seharusnya menjadi teladan dalam berpikir kritis dan rasional, justru memilih jalan kekerasan dan vandalisme, maka makna protes itu sendiri menjadi kabur. Apakah tujuan mereka adalah mencari keadilan, atau sekadar melampiaskan kemarahan?


Anarkisme Bukan Jawaban


Anarkisme, yang dalam konteks ini bisa diartikan sebagai tindakan destruktif tanpa aturan, jelas bukan jawaban atas ketidakpuasan terhadap putusan MK. Sejarah telah mengajarkan kita bahwa perubahan yang berkelanjutan tidak pernah lahir dari kekerasan, melainkan dari dialog yang konstruktif dan upaya untuk memperbaiki sistem dari dalam.


Dalam situasi seperti ini, mahasiswa harus menyadari bahwa mereka bukan hanya mewakili diri mereka sendiri, tetapi juga membawa nama besar institusi pendidikan dan generasi muda Indonesia. Tindakan mereka akan dilihat oleh masyarakat luas, dan jika mereka gagal menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi perbedaan pendapat, maka mereka tidak akan mendapat simpati publik. Sebaliknya, mereka justru akan dicap sebagai perusak ketertiban yang tidak mampu memahami esensi dari perjuangan itu sendiri.


Pendidikan Sebagai Solusi


Sebagai agen perubahan, mahasiswa seharusnya menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. Jika mereka tidak setuju dengan putusan MK, maka langkah yang lebih tepat adalah mengajak masyarakat untuk berdiskusi, mencari celah dalam sistem hukum yang dapat diperbaiki, atau bahkan mengajukan gugatan ulang jika memang ditemukan bukti baru yang kuat.


Pendidikan yang mereka dapatkan di bangku kuliah seharusnya digunakan untuk mempersiapkan argumen yang kuat, bukan batu atau molotov. Mereka harus mampu mengartikulasikan ketidakpuasan mereka dengan cara yang elegan dan beradab, bukan dengan cara yang merusak dan membahayakan.


 Membangun Kesadaran Hukum


Indonesia adalah negara hukum, dan hukum harus dihormati oleh semua pihak, termasuk oleh mahasiswa. Ketidaksetujuan terhadap putusan MK harus disikapi dengan cara yang bermartabat, melalui jalur hukum yang telah disediakan. Mahasiswa harus menjadi teladan dalam menegakkan prinsip-prinsip hukum, bukan malah menodainya dengan tindakan yang melanggar hukum.


Protes yang damai dan tertib adalah bentuk perlawanan yang jauh lebih efektif dan bermakna dibandingkan dengan protes yang disertai dengan kekerasan. Ketika mahasiswa memilih untuk turun ke jalan dengan membawa spanduk dan menyuarakan pendapat mereka dengan damai, mereka tidak hanya menunjukkan ketidaksetujuan, tetapi juga rasa hormat terhadap sistem hukum yang ada.


Penutup


Mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga semangat demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia. Namun, peran ini harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Menolak putusan MK adalah hak mereka, tetapi merusak fasilitas umum adalah pelanggaran yang tidak dapat dibenarkan. Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa harus menyadari bahwa perubahan yang sejati hanya dapat tercapai melalui cara-cara yang damai, konstruktif, dan menghormati hukum.


Anarkisme tidak akan pernah menjadi jawaban atas ketidakpuasan; sebaliknya, hanya akan menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Mari kita dorong mahasiswa untuk menjadi agen perubahan yang sesungguhnya, yang mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik melalui dialog, pendidikan, dan penghormatan terhadap hukum.

PUISI KEMERDEKAAN HUT RI KE-79

 Semangat Kemerdekaan di HUT RI Ke-79


HUT RI KE-79

https://www.istockphoto.com/id/foto/bendera-indonesia-


Di bawah langit merah putih berkibar,  

Kami berdiri tegak, pahlawan bangsa yang tak gentar.  

Tujuh puluh sembilan tahun sudah berlalu,  

Tapi semangat ini tak pernah redup, tak pernah layu.


Merah darah para pejuang yang gagah berani,  

Putih suci hati yang tulus berbakti.  

Kami generasi penerus, tak akan menyerah,  

Membangun negeri ini dengan cinta dan kerja keras yang megah.


Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,  

Itulah semboyan yang takkan lusuh.  

Di setiap langkah, kami bawa api perjuangan,  

Menyulut bara semangat, melawan segala tantangan.


Untukmu Indonesia, tanah air tercinta,  

Kami persembahkan jiwa dan raga tanpa ragu.  

Merdeka bukan hanya kata, tapi janji,  

Untuk terus maju, pantang menyerah, hingga akhir nanti.  


Dengan semangat 45, kami kibarkan cita,  

Menyongsong masa depan, Indonesia jaya!




"MERAH PUTIH DI LANGIT"

HUT RI KE 79

www.istockphoto.com/id/foto/tangan-ambil-bendera-merah-putih-indonesia-di-udara-di-bawah-langit-biru

Merah putih berkibar gagah,  

Di bawah langit Nusantara yang megah.  

Hari ini kita rayakan,  

Tujuh puluh sembilan tahun kemerdekaan.  


Darah pejuang telah menetes,  

Mengukir sejarah penuh makna.  

Kini saatnya kita bergerak,  

Membangun negeri dengan semangat membara.  


Mari satukan hati dan langkah,  

Jangan lelah menggapai cita-cita.  

Indonesia maju, bangsa yang tangguh,  

Dengan jiwa yang merdeka, kita terus melangkah.  


Bersama kita jaga persatuan,  

Dalam keragaman kita menemukan kekuatan.  

Di setiap nadi anak bangsa,  

Mengalir semangat pahlawan yang tak kenal lelah.  


Di bawah naungan Sang Saka,  

Kita bersatu, kita kuat,  

Menuju Indonesia yang jaya,  

Dengan semangat 45 yang tak pernah padam.  


Merdeka! Merdeka! Suara kita nyaring,  

Untuk Indonesia tercinta, kita terus berjuang.  

Selamat HUT ke-79,  

Mari kita lanjutkan perjuangan, sampai akhir zaman.  


Merdeka!



MERDEKA INDONESIAKU


https://www.istockphoto.com/id/foto/rombongan-sahabat-rayakan-hut-ri-

Berderap langkah dalam satu irama,  

Di bawah sang Merah Putih yang berkibar,  

Kita bersatu, bangsa yang tak pernah pudar,  

Menyongsong hari yang penuh makna.  


Tujuh puluh sembilan tahun berlalu,  

Semangatmu tak pernah lesu,  

Darah pahlawan mengalir dalam tubuh kita,  

Mengobarkan tekad meraih cita.  


Kemerdekaan adalah janji yang harus ditepati,  

Untuk generasi yang tak kenal henti,  

Bersatu padu, menggapai asa,  

Membangun negeri dalam cinta yang nyata.  


Mari kita terus berjuang, tak kenal lelah,  

Mengisi kemerdekaan dengan karya dan gagasan,  

Untuk Indonesia yang lebih gemilang,  

Bersama kita bisa, bersama kita menang!  


Dirgahayu Indonesiaku tercinta,  

Semangatmu akan selalu membara,  

Menyala di dada putra-putri bangsa,  

Untukmu, kami terus berkarya.  

10 TIPS CARA MENULIS DENGAN BENAR


Tips cara menulis

https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-orang-masyarakat-rakyat-6615230/

Menulis adalah keterampilan penting yang sering kali digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu untuk keperluan akademis, profesional, maupun pribadi. Namun, menulis dengan benar memerlukan pemahaman dan latihan. Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu Anda meningkatkan kemampuan menulis Anda:


1.Pahami Tujuan Penulisan

   Sebelum mulai menulis, tentukan tujuan dari tulisan Anda. Apakah Anda menulis untuk menginformasikan, menghibur, atau meyakinkan pembaca? Memahami tujuan penulisan akan membantu Anda memilih gaya bahasa, struktur, dan konten yang tepat.


2.Kenali Audiens Anda

   Mengetahui siapa yang akan membaca tulisan Anda sangat penting. Gaya bahasa dan tingkat kompleksitas yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan audiens. Tulisan yang ditujukan untuk anak-anak, misalnya, akan berbeda dengan tulisan untuk profesional.


3.Buat Rencana atau Outline

   Sebelum menulis, buatlah kerangka atau outline dari tulisan Anda. Ini akan membantu Anda menyusun ide-ide secara logis dan memastikan tidak ada poin penting yang terlewat. Outline juga membantu menjaga alur tulisan agar tetap fokus dan terorganisir.


4.Gunakan Kalimat yang Jelas dan Padat

   Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang dan rumit. Kalimat yang jelas dan padat lebih mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, pastikan setiap kalimat memiliki satu gagasan utama dan tidak bercampur dengan gagasan lain.


5.Perhatikan Tata Bahasa dan Ejaan

   Tata bahasa yang benar dan ejaan yang tepat adalah kunci dari tulisan yang baik. Kesalahan tata bahasa atau ejaan bisa mengganggu pemahaman pembaca dan mengurangi kredibilitas Anda sebagai penulis. Gunakan alat bantu seperti kamus atau pemeriksa tata bahasa untuk membantu meminimalisir kesalahan.


6.Variasikan Gaya dan Struktur Kalimat

   Untuk menjaga minat pembaca, variasikan struktur dan panjang kalimat Anda. Gunakan kombinasi kalimat pendek dan panjang untuk menciptakan ritme yang menarik. Hindari penggunaan kata atau frasa yang berulang-ulang untuk menghindari kebosanan.


7. Berikan Contoh Konkret

   Ketika menjelaskan konsep atau ide, berikan contoh konkret untuk membantu pembaca memahami apa yang Anda maksud. Contoh yang relevan akan membuat tulisan Anda lebih hidup dan mudah dipahami.


8. Revisi dan Edit Tulisan Anda

   Setelah menyelesaikan draft pertama, luangkan waktu untuk merevisi dan mengedit tulisan Anda. Periksa apakah ide-ide Anda tersampaikan dengan jelas, apakah ada kesalahan tata bahasa atau ejaan, dan apakah tulisan Anda mudah dipahami. Jangan ragu untuk memotong bagian yang tidak perlu atau menambahkan informasi yang kurang.


9.Minta Umpan Balik

   Sebelum mempublikasikan atau mengirimkan tulisan Anda, minta orang lain untuk membaca dan memberikan umpan balik. Orang lain bisa memberikan perspektif baru dan mungkin menemukan kesalahan atau kekurangan yang Anda lewatkan.


10.Latihan Menulis Secara Teratur

   Seperti keterampilan lainnya, menulis juga memerlukan latihan. Luangkan waktu untuk menulis secara teratur, baik itu menulis artikel, jurnal, atau sekadar catatan pribadi. Semakin sering Anda menulis, semakin baik kemampuan Anda.


 Kesimpulan

Menulis dengan benar memerlukan pemahaman, perencanaan, dan latihan yang konsisten. Dengan mengikuti tips di atas, Anda bisa meningkatkan kualitas tulisan Anda dan membuatnya lebih efektif dan menarik bagi pembaca. Ingatlah bahwa menulis adalah proses yang terus berkembang, jadi jangan ragu untuk terus belajar dan beradaptasi.


Selamat menulis!

Cerpen Kemerdekaan "Merah Putih di Langit Desa"

 


ilusi gambar kemerdekaan
ilusi photo by pixabay.com

Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, suasana pagi terasa berbeda. Hari itu adalah hari yang dinanti-nanti oleh seluruh warga desa, karena tepat pada hari ini, Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-79. Desa Sukamaju, meskipun terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kota, selalu merayakan Hari Kemerdekaan dengan semangat yang menggebu-gebu.


Pak Sutarno, kepala desa yang sudah menjabat selama lebih dari satu dekade, menjadi pusat perhatian pagi itu. Dengan rambutnya yang mulai memutih dan wajah yang dihiasi kerutan pengalaman, ia berdiri di depan Balai Desa, memimpin rapat terakhir sebelum upacara dimulai. Di sampingnya, berdiri Bu Yanti, istrinya yang setia, dengan senyum hangat yang selalu menenangkan warga desa.


“Kita harus pastikan semuanya berjalan lancar,” kata Pak Sutarno dengan suara yang penuh wibawa. “Hari ini bukan hanya tentang upacara, tapi tentang mengenang perjuangan para pahlawan kita dan merayakan semangat persatuan yang telah membawa kita sejauh ini.”


Anak-anak sekolah, dengan seragam merah putih yang rapi, berbaris di lapangan desa. Mereka terlihat antusias, meski matahari mulai memancarkan teriknya. Bendera merah putih yang berkibar di tengah lapangan seolah menyatu dengan semangat yang ada di hati setiap warga.


Di sudut lapangan, Pak Haris, seorang veteran perang yang kini menjadi guru sejarah di desa itu, duduk di kursi kayu yang sudah dipersiapkan khusus untuknya. Pak Haris adalah saksi hidup dari perjuangan kemerdekaan. Meskipun usianya telah senja, ingatannya masih tajam ketika bercerita tentang masa-masa kelam di mana rakyat Indonesia berjuang melawan penjajah.


“Hari ini kita tidak hanya mengibarkan bendera,” kata Pak Haris kepada sekelompok anak muda yang berkumpul di sekitarnya. “Tapi kita juga harus mengibarkan semangat juang, semangat persatuan, dan cinta tanah air di dalam hati kita masing-masing.”


Upacara dimulai tepat pukul delapan pagi. Seluruh warga desa berkumpul di lapangan dengan khidmat. Ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, semua berdiri tegap dengan tangan di dada. Pak Sutarno, dengan penuh kehormatan, mengibarkan bendera merah putih. Bendera itu berkibar dengan gagah, melambangkan kebebasan dan martabat bangsa.


Setelah upacara selesai, warga desa melanjutkan dengan berbagai perlombaan khas 17 Agustus. Ada lomba panjat pinang, balap karung, tarik tambang, dan masih banyak lagi. Suara tawa dan sorak-sorai memenuhi udara, membuat suasana semakin meriah.


Namun, di tengah kemeriahan itu, ada seorang anak laki-laki bernama Dika yang duduk sendirian di pinggir lapangan. Matanya menatap jauh ke arah gunung yang menjulang, seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dika adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Ayahnya gugur dalam tugas sebagai tentara, sementara ibunya meninggal karena sakit.


Pak Haris yang kebetulan melihat Dika, mendekatinya. “Kenapa kamu tidak ikut bermain, Nak?” tanya Pak Haris dengan suara lembut.


Dika menunduk. “Saya rindu Ayah, Pak. Dia selalu bercerita tentang bagaimana dia berjuang untuk negara ini, dan sekarang saya merasa sendirian,” jawab Dika dengan suara yang terisak.


Pak Haris tersenyum tipis. “Ayahmu adalah pahlawan, Dika. Dan kamu tidak sendirian. Seluruh desa ini adalah keluargamu. Setiap orang di sini peduli padamu.”


Dika mengangguk pelan, namun air matanya tetap mengalir. Pak Haris lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya, sebuah lencana kecil dengan gambar bendera merah putih. “Ini, Ayahmu pernah memberikannya padaku ketika kami berjuang bersama. Sekarang, aku ingin kamu yang menyimpannya. Biarkan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan Ayahmu tidak sia-sia, dan kamu harus melanjutkan semangatnya.”


Dika menerima lencana itu dengan tangan gemetar. Meski hatinya masih diliputi kesedihan, ada secercah kebanggaan yang menyelinap di dalam hatinya.


Hari itu, setelah perlombaan selesai, warga desa berkumpul di Balai Desa untuk menikmati makan siang bersama. Di atas meja panjang, terhidang berbagai macam makanan tradisional yang telah disiapkan dengan penuh cinta oleh para ibu-ibu desa. Ada nasi tumpeng, sate ayam, sayur lodeh, dan tentu saja, aneka kue-kue manis.


Pak Sutarno berdiri di tengah-tengah warga, memimpin doa sebelum makan. Setelah doa selesai, ia mengajak seluruh warga untuk merenung sejenak. “Hari ini kita bersyukur atas kemerdekaan yang telah diberikan oleh Tuhan. Kita juga bersyukur atas persatuan yang selalu kita jaga di desa ini. Mari kita teruskan semangat ini untuk generasi yang akan datang.”


Makan siang itu tidak hanya menjadi momen kebersamaan, tetapi juga momen refleksi. Setiap gigitan makanan yang masuk ke mulut mereka seolah membawa ingatan tentang perjuangan para leluhur yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan.


Ketika matahari mulai tenggelam di balik gunung, warga desa beranjak pulang dengan hati yang penuh rasa syukur. Di jalan pulang, Dika berjalan di samping Pak Haris, dengan lencana merah putih yang kini tersemat di dadanya.


“Terima kasih, Pak,” kata Dika lirih.


Pak Haris tersenyum dan menepuk bahu Dika. “Ingatlah, Dika. Kemerdekaan bukan hanya tentang kebebasan dari penjajah, tapi juga tentang tanggung jawab kita untuk menjaga persatuan dan membangun masa depan yang lebih baik.”


Dika mengangguk mantap. Meskipun hari itu penuh dengan berbagai perasaan, mulai dari kesedihan, kebanggaan, hingga harapan, Dika tahu bahwa ia tidak sendirian. Semangat Ayahnya, semangat para pahlawan, dan semangat seluruh warga desa akan terus hidup dalam hatinya. 


Malam itu, langit desa Sukamaju dipenuhi dengan kembang api yang indah, seolah-olah langit pun ikut merayakan kemerdekaan. Dika menatap langit yang gemerlap dengan senyum di wajahnya, merasa yakin bahwa masa depan Indonesia akan tetap cerah di bawah naungan merah putih.

Cerita Pendek Jerat Cinta

 

Ilusi gambar cerita pendek jerita cinta

Ilusi photo by pexels.com

Aku duduk di kursi ruang tamu, tanganku gemetar menggenggam gelas kopi yang hampir tumpah. Di luar, hujan turun deras, menambah ketegangan dalam dadaku yang sudah penuh sesak. Pandanganku terpaku pada foto di meja. Foto kami berdua, tersenyum bahagia. Saat itu, dunia terasa milik kami berdua. Tapi, siapa sangka cinta bisa berbelok menjadi sesuatu yang kelam dan mematikan?

 

"Kau tampak gelisah, sayang,"suara Renata terdengar lembut dari balik punggungku. Aku menoleh, melihatnya berdiri di ambang pintu, mengenakan gaun putih yang membuatnya terlihat seperti malaikat. Tapi aku tahu lebih baik. Renata bukanlah malaikat. Dia adalah iblis yang terbungkus dalam keindahan.

 

Aku memaksakan senyum."Hanya sedikit lelah, itu saja,” jawabku, mencoba menyembunyikan ketakutan yang mulai merambat di benakku. Tapi aku tahu, Renata bisa membaca pikiranku. Dia selalu bisa.

 

Renata mendekat, duduk di sampingku. Aku bisa merasakan dinginnya kehadirannya, seperti bayangan yang menyelimutiku. "Kau tahu aku mencintaimu, bukan?" bisiknya, jemarinya mengelus pipiku dengan lembut. Sentuhannya membuat bulu kudukku meremang.

 

**"Tentu, aku tahu,"** aku menjawab, meski suara hatiku berteriak sebaliknya. Aku ingat pertama kali bertemu dengannya. Wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis, dan matanya yang tajam, semuanya menghipnotisku. Aku terjebak dalam pesonanya, tanpa tahu apa yang menantiku di balik semua itu.

 

Waktu berlalu, dan Renata semakin menunjukkan sisi gelapnya. Kecemburuan yang tak masuk akal, amarah yang meledak tanpa sebab, hingga kontrol yang begitu kuat atas hidupku. Aku tak lagi menjadi diriku sendiri, melainkan bayangan dari apa yang diinginkan Renata.

 

Malam itu, aku tak bisa lagi menahan semuanya. "Renata," aku memberanikan diri, meski suaraku terdengar bergetar. **"Aku... aku ingin kita berhenti. Hubungan ini sudah terlalu jauh."**

 

Matanya yang indah itu berubah dingin seketika. "Berhenti? Maksudmu kita berpisah?"tanyanya, nadanya datar tapi penuh ancaman.

 

Aku mengangguk pelan, mencoba menahan napas. "Ya, Renata. Aku tidak bisa terus seperti ini."

 

Dia tertawa kecil, suara yang biasanya manis, kini terdengar menakutkan. "Kau tahu, sayang. Tak ada yang bisa meninggalkanku. Tidak ada. Kau adalah milikku, dan hanya aku yang bisa memutuskan kapan semuanya berakhir."

 

Detak jantungku semakin cepat. Di hadapanku, Renata bukan lagi perempuan yang kucintai. Dia berubah menjadi sosok yang asing, berbahaya, dan mengerikan. Aku harus pergi dari sini, pikirku. Tapi bagaimana?

 

Renata tiba-tiba berdiri, matanya menyala penuh kemarahan. "Kau pikir kau bisa meninggalkanku begitu saja?!teriaknya, membuatku tersentak.

 

Aku mundur, mencoba menjauh darinya. "Renata, tenanglah. Kita bisa bicara baik-baik." Tapi kata-kataku sia-sia. Renata sudah terjebak dalam kemarahannya.

 

"Kau tak akan pernah bisa pergi!" suaranya melengking, dan sebelum aku bisa bereaksi, dia menarik pisau dari balik gaunnya. Mata pisau itu berkilat di bawah cahaya lampu, mencerminkan niat buruk di baliknya.

 

Aku tak punya waktu untuk berpikir. Ketakutan menguasai diriku sepenuhnya. Aku berlari menuju pintu, tapi Renata lebih cepat. Dia menabrakku dengan kekuatan yang mengejutkan, membuatku jatuh terkapar di lantai.

 

Renata, jangan!"Aku memohon, tapi dia tak menghiraukanku. Dalam sekejap, pisau itu sudah terayun ke arahku. Aku berusaha menghindar, tapi terasa mustahil. Dalam kegilaan itu, satu hal terlintas di benakku: jika aku tak melakukan sesuatu sekarang, ini akan menjadi akhir bagiku.

 

Dengan sisa tenaga yang kumiliki, aku meraih vas bunga di meja dan menghantamkannya ke kepala Renata. Dentingan kaca pecah memenuhi ruangan, dan Renata jatuh tersungkur. Napasku tersengal-sengal, tubuhku gemetar tak terkendali. Pisau itu terlepas dari genggamannya, jatuh di lantai di antara kami.

 

Aku menatap Renata yang terbaring tak bergerak. Apakah dia sudah mati? Aku tak tahu. Yang kutahu hanyalah aku harus bertahan hidup. Dengan tangan gemetar, aku meraih pisau itu, menyadari betapa berbahayanya keadaanku. Jika Renata masih hidup, dia tak akan berhenti sampai dia membunuhku.

 

Perlahan, aku mendekatinya, memastikan dia tak bergerak. Di saat itu, air mataku mulai mengalir. Cinta yang pernah kami miliki, kini berubah menjadi darah yang mengalir di antara kami. Dengan keputusan yang terpaksa, aku menusukkan pisau itu ke dadanya, memastikan dia tak akan bangun lagi.

 

Hening. Hanya ada suara hujan di luar dan detak jantungku yang memekakkan telinga. Aku berdiri, darah menetes dari tanganku yang gemetar. Semua sudah berakhir. Cinta yang dulu indah, kini hanya menyisakan kehancuran dan kematian. Aku tak pernah menyangka akan berakhir seperti ini.

 

Aku berjalan keluar rumah, meninggalkan semuanya di belakangku. Cinta telah membawa kita ke titik ini, tapi akhirnya, hanya kematian yang tersisa.

PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN

  PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN (https://pixabay.com/id/photos/hujan-jalan-kota-pelabuhan-1479303/) Hujan menari di atas jendela, rintiknya...