CERITA PENDEK :"TERSISA DALAM BAYANG BAYANG"


CERITA PENDEK :"TERSISA DALAM BAYANG BAYANG"
Ilusi Foto (https://pixabay.com/id/photos/pasangan)


Aku berdiri di depan jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Hari ini adalah hari yang seharusnya menjadi milikku, tetapi kini hanya menjadi hari yang penuh luka. Hujan turun deras, seolah langit turut merasakan apa yang kurasakan—kepedihan yang menyesakkan dada.


"Apa yang kamu lakukan di sini, Rin?" Suara lembut Rina mengagetkanku dari belakang. Dia adalah sahabatku, yang sudah berada di sisiku sejak aku kecil. Dialah yang selalu ada untukku, di saat aku merasa dunia runtuh.


Aku tak berbalik. Aku tetap berdiri memandang hujan, membiarkan rasa sakit itu meresap ke dalam setiap pori-pori tubuhku. "Aku sedang berpikir, Rina. Tentang semua yang terjadi hari ini," jawabku lirih, suara yang bahkan aku sendiri hampir tak bisa mendengarnya.


Rina melangkah mendekat, tangannya meraih pundakku, memberiku kekuatan yang aku butuhkan. "Kamu harus berhenti memikirkan dia, Rin. Ini bukan salahmu."


Aku tahu itu, tapi rasa bersalah ini tak mau pergi. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah berjanji akan sehidup semati denganku, bisa begitu saja meninggalkanku di ambang pernikahan? Bagaimana mungkin dia memilih orang lain, hanya beberapa bulan sebelum pernikahan kami? 


"Iya, tapi aku masih tidak percaya dia melakukan ini padaku, Rina. Aku benar-benar mencintainya. Aku rela memberikan segalanya untuknya," ucapku dengan suara bergetar. Tanganku mengepal erat di jendela, hampir seperti aku ingin menghancurkannya, berharap rasa sakit di tanganku bisa menandingi rasa sakit di hatiku.


"Rin, dengar... Ini semua bukan salahmu. Terkadang, orang berubah. Dan itu menyakitkan, aku tahu. Tapi kamu harus mulai memikirkan dirimu sendiri sekarang. Jangan biarkan dia menghancurkan hidupmu yang indah ini," Rina mencoba menguatkanku, suaranya tegas namun penuh kasih.


Aku berbalik menghadap Rina, air mata mengalir deras di pipiku. "Rina, aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Semua ini terlalu mendadak. Dia tiba-tiba berubah, menjauh, dan kemudian... menikah dengan orang lain. Padahal, dia yang memintaku untuk menunggunya, untuk percaya padanya."


"Aku tahu, sayang. Tapi, lihatlah dirimu, kamu sudah cukup kuat untuk melewati ini. Kamu hanya butuh waktu. Kita semua butuh waktu untuk menyembuhkan luka," balas Rina sambil menarikku dalam pelukannya.


Waktu... seandainya waktu bisa menyembuhkan segalanya. Namun, waktu hanya membuatku semakin tenggelam dalam rasa sakit ini. Setiap hari terasa seperti siksaan, setiap detik adalah pengingat bahwa dia tidak lagi milikku, bahwa dia sudah menjadi milik orang lain.


Hari itu datang begitu cepat. Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk memproses semuanya. Rina mengatakan padaku tentang pernikahannya. Aku tidak percaya pada awalnya, tapi ketika melihat undangan itu dengan mataku sendiri, aku tahu semua yang telah dia janjikan hanyalah kebohongan.


"Kenapa dia, Rina? Apa yang dia miliki yang tidak kumiliki?" tanyaku dengan suara serak, merasa tak berdaya.


Rina menggeleng pelan, menatapku dengan mata penuh simpati. "Bukan tentang apa yang dia miliki atau tidak miliki, Rin. Ini tentang pilihan yang dia buat. Dan mungkin, ini adalah jalan terbaik untukmu, meskipun sulit untuk diterima sekarang."


Aku terdiam, membiarkan kata-kata Rina meresap. Rasa sakit itu masih ada, menusuk lebih dalam setiap kali aku mengingat wajahnya, senyumannya, dan janjinya yang sekarang hanya tinggal kenangan.


***


Hari pernikahan itu tiba, hari yang seharusnya menjadi milikku. Aku memutuskan untuk tidak hadir, meskipun undangan itu ada di tanganku. Aku tahu aku tidak akan sanggup melihatnya berdiri di sana, mengucap janji setia dengan orang lain.


Namun, di dalam hatiku, aku tahu bahwa aku harus melangkah maju. Aku harus keluar dari bayang-bayangnya, dari semua kenangan yang menyiksaku.


Ponselku berbunyi, sebuah pesan masuk. Dari dia.


_"Rin, aku tahu ini sulit untukmu. Aku tahu aku telah menghancurkanmu. Tapi, aku harap kamu bisa memaafkanku suatu hari nanti. Aku hanya ingin kamu bahagia, meskipun itu berarti aku tidak bisa bersamamu."_


Air mataku jatuh lagi, lebih deras dari sebelumnya. Aku tahu aku harus merelakannya, tapi kata-katanya membuatku merasa hancur lagi, seolah-olah pisau yang sudah tertancap di hatiku ditusukkan lebih dalam.


Tapi aku harus kuat. Untuk diriku sendiri, aku harus kuat.


Aku menatap ke arah luar jendela, di mana hujan sudah mulai reda. Matahari mulai muncul, sinarnya menembus awan kelabu. Seolah memberitahuku bahwa setelah badai, akan selalu ada cahaya.


Aku menarik napas panjang dan menghapus air mataku. Ini saatnya untuk memulai hidup baru, tanpa dia. Aku harus belajar mencintai diriku sendiri, sebelum aku bisa mencintai orang lain lagi.


"Rina," panggilku, berbalik menatap sahabatku yang setia.


"Ya?" jawabnya, matanya penuh harapan.


"Ayo kita keluar. Aku butuh udara segar," kataku, mencoba tersenyum meski hati ini masih terasa hancur.


Rina tersenyum, mengangguk pelan. "Tentu, Rin. Aku selalu ada untukmu."


Dan dengan itu, aku melangkah keluar dari bayang-bayang masa lalu, menuju hari-hari baru yang penuh harapan. Ini bukan akhir dari segalanya. Ini adalah awal dari sesuatu yang baru, meskipun jalan di depan masih panjang dan penuh liku. Aku akan bertahan, dan aku akan menemukan kebahagiaanku, suatu hari nanti.

PUISI ROMANTIS "TENTANGMU"


https://pixabay.com/id/photos/
ilusi photo (https://pixabay.com/id/photos/)


Pernahkah kau ada
di mana hidupmu begitu teratur,
melakukan segala rutinitas
dengan seragam berharap semua
berjalan degan semestinya,
namun seseorang datang.memporak porandakan hidupmu
dengan teka teki yang masih misteri.

Semestaku sebelum kau datang
adalah repitisi yang membosankan.
aku tak tau bagaimana menghargai mentari
yang membuka plopak pelopak pagi
aku tak tau cara mensiasati rintik hujan
yang menghantarkan kerinduan
aku tak faham mana kalimat indah di bait puisi,
aku lupa bahwa kita diciptakan lebih besar,
dari sekedar rutinitas
dan cinta sepatutnya menjadika kita tetap melangkah.
garis besarnya aku lupa cara menjadi manusia.
Dan kemudian kau datang

Kau menjadi seseorang yang aku agum agumkan.
dengan caramu termanis
kau menuntutku untuk menjalan rutinitas
dengan iklas,dan sabar mensyukuri
segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir.
Maka,izinkan aku mensiasatimu,menulis
tentangmu,meski aku tak tau suratku
tersampaikan di sisi ranjangmu atau terdampar
di perjalanan menuju rumahmu.
izinkan aku menulis perjalanan kita.
agar kau dan aku tak lupa
di antara pertemuan dan perpisahan,
pagi pernah dipenuhi repitis,
senja pernah di penuhi bait puisi
dan malam pernah di penuhi senyuman.
dan tangan kita pernah saling menguatkan
di antara pertemuan dan perpisahan
kita pernah berjuang menyatukan perbedaan.
meski di akhiri saling mengiklaskan.
kau dan aku pernah menjadi kita.





Hidup yang tak di perjuangkan,maka
tak pernah di kisahkan”



"BEKASI YANG SELALU ADA DALAM HATI"

https://pixabay.com/id/photos
Ilusi photo (https://pixabay.com/id/photos)


Saya tak menyarankan siapa pun tinggal di Kota Bekasi dan bekerja di Jakarta Selatan, kecuali panggilan ilahi memanggil. Contohnya saya—rekor tercepat saya menuju kantor di Kemang hanya sejam kurang 10 menit, dan itu pun karena hari libur.


Pulang kerja? Meski mencoba berbagai rute, tetap saja sejam lebih 10 menit. Tapi, ketakutan “tua di jalan” menghilang. Selama tinggal di Bekasi, lebih sering saya mengeluh soal cuaca panas, meski rumah kontrakan dikelilingi pepohonan di perumahan yang berlimpah taman.


Saat pertama kali pindah, saya terpukau dengan Kota Harapan Indah—supermarket, hotel, perkantoran, semuanya tampak modern. Namun, perumahan ini lebih mirip enklave Jakarta di dalam Bekasi. Berdiri sejak 1993, kawasan ini berusaha mencitrakan dirinya sebagai kota mandiri modern. Branding ini penting, mengingat lokasinya di Bekasi.


Gerbang Kota Harapan Indah megah dengan ikon Tarian Langit, yang menggantikan Patung Tiga Mojang pada 2014 setelah protes dari organisasi masyarakat Islam di Bekasi. Patung itu dituduh sebagai simbol Trinitas dan Bunda Maria. Namun, seniman Nyoman Nuarta membantahnya, mengatakan bahwa patung itu merepresentasikan Mojang Priangan menyambut tamu.


Ironisnya, ikon lain di Kota Summarecon Bekasi, piramida terbalik, kerap disalahartikan dengan satire dan sarkasme oleh warganet. Kota-kota satelit seperti Harapan Indah dan Summarecon, dengan tata ruang dan infrastruktur yang bagus, malah mengukuhkan julukan "Planet Bekasi". Julukan ini bukan sekadar sindiran dari “orang Jakarta”, tapi juga keluhan atas tata ruang dan infrastruktur Bekasi.


Tinggal di Bekasi, saya menyaksikan perpaduan antara kota dan kampung. Jalan tikus yang menghubungkan perumahan saya sering menyebabkan penumpukan kendaraan, dan ujungnya membawa saya ke antah berantah di Kabupaten Bekasi. Nuansa berbeda mengiringi perubahan lanskap dari kota ke pedesaan.


Bekasi memang unik. Di satu sisi, kota ini penuh dengan jalan berlubang, macet, dan tata ruang berantakan. Namun, di sisi lain, Bekasi juga memiliki fasilitas publik yang cukup memuaskan. Jalannya dilewati angkot JakLingko JAK-40, yang tak hanya menghubungkan tempat, tetapi juga mengungkap ironi di Bekasi.


Kota Bekasi, dengan segala keabsurdannya, telah mendapatkan pengakuan masyarakat dalam bentuk julukan "Planet Bekasi". Julukan ini lahir dari keluhan dan kekesalan, serta mencerminkan keinginan "orang Jakarta" agar Bekasi menyerupai Jakarta. 


Menurut Jerome Tadie dalam buku *Revolusi Belum Selesai*, Presiden Soeharto membangun poros timur-barat menuju Bekasi dan Tangerang untuk mendukung perkembangan Jakarta. Namun, pembangunan tersebut terkesan semrawut dan penuh penyimpangan, tanpa kendali yang baik.


Tapi, Bekasi tetap membekas di hati. Seperti tokoh Farid dalam novel *Di Tepi Kali Bekasi* karya Pramoedya Ananta Toer, yang mengisahkan perjuangan rakyat Bekasi melawan penjajah. Bekasi mengukir kenangan di sanubari, tidak peduli berapa kali rezim berganti. Maka, ketika Anda mengalami kejadian aneh di Bekasi, ingatlah kata-kata Pramoedya, "Bekasi... berbekas di hati... kota yang membekasi."


---


PDI-P Memutuskan untuk Mengusung Pramono Anung dalam Pilkada Jakarta, Mengabaikan Anies Baswedan.

 

Anies Baswedan menanti restu Megawati untuk bertarung di Pilkada Jakarta - Apakah wajib jadi kader PDIP? 

Setelah spekulasi yang berlangsung selama berbulan-bulan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) akhirnya memutuskan untuk menyerahkan tiket pencalonan Gubernur DKI Jakarta kepada Pramono Anung, bukan Anies Baswedan. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena Anies Baswedan sebelumnya dikabarkan menjadi salah satu calon kuat yang dipertimbangkan oleh partai tersebut.



Latar Belakang Pemilihan



Pilkada DKI Jakarta selalu menjadi sorotan utama dalam dunia politik Indonesia, mengingat posisi Gubernur Jakarta yang sering kali menjadi batu loncatan untuk posisi yang lebih tinggi, termasuk Presiden. Dalam beberapa bulan terakhir, PDI-P terus menimbang beberapa kandidat potensial yang dapat mewakili partai ini di Jakarta. Nama-nama seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, hingga Anies Baswedan sempat muncul dalam berbagai survei dan spekulasi publik.



Anies Baswedan, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dianggap memiliki rekam jejak yang kuat dan popularitas yang cukup tinggi. Meski demikian, hubungan Anies dengan PDI-P tidak selalu mulus. Beberapa kali, Anies terlihat berseberangan dengan kebijakan-kebijakan yang didukung oleh PDI-P, terutama ketika Anies menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa PDI-P akhirnya memutuskan untuk tidak mengusung Anies dalam Pilkada mendatang.



Mengapa Pramono Anung?



Pemilihan Pramono Anung sebagai calon yang diusung oleh PDI-P dalam Pilkada DKI Jakarta kali ini terbilang cukup mengejutkan, mengingat Pramono lebih dikenal sebagai politisi di level nasional ketimbang tokoh lokal Jakarta. Namun, ada beberapa alasan yang mungkin menjadi pertimbangan PDI-P dalam mengambil keputusan ini.



Pertama, Pramono Anung memiliki rekam jejak panjang dalam dunia politik nasional. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Kabinet di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, serta memiliki pengalaman luas di berbagai posisi penting di pemerintahan. Pengalaman ini memberikan keunggulan tersendiri bagi Pramono dalam memahami dinamika politik dan pemerintahan, yang akan sangat berguna jika ia terpilih sebagai Gubernur Jakarta.



Kedua, Pramono Anung dikenal sebagai sosok yang loyal kepada PDI-P. Sebagai kader senior yang telah lama berkecimpung di partai, Pramono memiliki hubungan yang kuat dengan jajaran pimpinan partai, termasuk Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dukungan dari kalangan internal partai ini tentu menjadi modal penting bagi Pramono dalam menghadapi Pilkada Jakarta.



Ketiga, PDI-P mungkin melihat bahwa Pramono Anung adalah figur yang mampu menjaga stabilitas politik di Jakarta, mengingat Jakarta sering kali menjadi pusat berbagai isu politik nasional. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam pemerintahan pusat, Pramono dipandang mampu mengatasi berbagai tantangan yang mungkin muncul di ibu kota.



Reaksi Publik dan Pengamat Politik



Keputusan PDI-P ini memicu berbagai reaksi dari publik dan pengamat politik. Beberapa pihak menilai bahwa pemilihan Pramono Anung merupakan langkah yang bijak, mengingat latar belakang dan pengalaman politiknya yang kaya. Namun, ada juga yang menganggap bahwa keputusan ini bisa menjadi bumerang bagi PDI-P, terutama karena Pramono kurang dikenal di kalangan pemilih Jakarta dibandingkan dengan nama-nama lain seperti Anies Baswedan atau Tri Rismaharini.



Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Prof. Ahmad Fauzi, berpendapat bahwa PDI-P sedang bermain aman dengan memilih Pramono Anung. "Pramono adalah figur yang stabil dan berpengalaman, yang bisa memberikan jaminan kepada PDI-P bahwa mereka tidak akan kehilangan kendali atas Jakarta. Namun, tantangannya adalah apakah Pramono mampu menarik simpati pemilih Jakarta yang terkenal kritis dan memiliki ekspektasi tinggi terhadap pemimpin mereka," jelas Prof. Fauzi.



Di sisi lain, para pendukung Anies Baswedan tentu merasa kecewa dengan keputusan PDI-P ini. Mereka melihat Anies sebagai figur yang sudah terbukti mampu memimpin Jakarta dengan baik selama menjabat sebagai Gubernur. "Keputusan ini menunjukkan bahwa PDI-P lebih mementingkan loyalitas partai ketimbang rekam jejak dan popularitas calon," ungkap salah satu pendukung Anies yang tidak ingin disebutkan namanya.



Masa Depan Kampanye



Dengan keputusan PDI-P yang mengusung Pramono Anung, peta persaingan di Pilkada DKI Jakarta diperkirakan akan berubah. Pramono diprediksi akan berhadapan dengan calon-calon kuat lainnya dari partai-partai besar, termasuk kemungkinan dari Partai Gerindra atau Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang mungkin akan mengusung nama-nama seperti Sandiaga Uno atau Mardani Ali Sera.



Tentu saja, masa kampanye yang akan datang akan menjadi penentu seberapa besar peluang Pramono Anung untuk memenangkan Pilkada Jakarta. Strategi kampanye yang efektif, dukungan dari struktur partai, serta kemampuan untuk meraih simpati pemilih Jakarta akan menjadi faktor kunci dalam pertarungan ini.



Pilkada DKI Jakarta selalu menjadi ajang yang penuh dengan dinamika dan kejutan. Keputusan PDI-P untuk mengusung Pramono Anung adalah salah satu langkah yang menambah warna dalam persaingan kali ini. Apakah pilihan ini akan membawa PDI-P kembali menguasai Jakarta, atau justru menjadi batu sandungan, akan sangat bergantung pada bagaimana Pramono Anung dan timnya menjalankan kampanye di bulan-bulan mendatang. Satu hal yang pasti, Pilkada DKI Jakarta kali ini akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk diikuti.



puisi cinta romantis "Di Kedalaman Hati yang Tersembunyi"

 


Di Kedalaman Hati yang Tersembunyi
Ilusi foto cinta (https://pixabay.com)

Di balik senyum yang kau Lukis, 

Ada cinta yang tak berani kuungkapkan, 

Ia tersembunyi di dalam diam, 

Seperti bintang yang enggan bersinar di siang hari.

 

Hatiku berbisik, namun bibirku bungkam, 

Ada rindu yang terpendam dalam setiap helaan nafas, 

Aku mencintaimu dalam hening, 

Tanpa kau tahu, tanpa kau rasa.

 

Kata-kata cinta yang ingin kuucapkan, 

Terpenjara dalam kebisuan malam, 

Aku takut, jika kuungkapkan, 

Cinta ini akan hancur seperti kaca rapuh yang jatuh ke tanah.

 

Namun, dalam setiap detak jantungku, 

Namamu terukir, tak bisa kuhapus, 

Aku mencintaimu, 

Meski hanya dari kejauhan, dalam bayang yang samar.

 

Biar cinta ini tetap tersembunyi, 

Menjadi rahasia yang kusimpan sendiri, 

Aku akan mencintaimu, tanpa pamrih, tanpa akhir, 

Karena di kedalaman hatiku, 

Hanya ada namamu yang bersinar.

KEINDAHAN ALAM GUNUNG BROMO JAWA TIMUR

KEINDAHAN ALAM GUNUNG BROMO

Foto keindahan alam gunung bromo jawa timur (https://pixabay.com/id/photos/bromo-lanskap-melihat-jawa-alam-4293069/)


Gunung Bromo, sebuah keindahan alam yang tak tertandingi, terletak di antara pegunungan yang megah di Jawa Timur. Gunung ini adalah bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang terkenal dengan pemandangan spektakuler yang menarik wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Berbicara tentang Gunung Bromo berarti berbicara tentang panorama alam yang memukau, petualangan yang menantang, serta budaya lokal yang kaya. Dalam narasi ini, saya akan membawa Anda menyusuri setiap sudut keindahan Gunung Bromo, meresapi udara sejuknya, dan menyelami keajaiban yang tersembunyi di balik kabut pagi yang menyelimuti.


 Menyambut Fajar di Puncak Penanjakan


Perjalanan ke Gunung Bromo sering dimulai sebelum fajar. Bangun di pagi buta mungkin terasa berat, tetapi ketika Anda menginjakkan kaki di Puncak Penanjakan, semua rasa kantuk itu sirna oleh keindahan yang terhampar di depan mata. Puncak Penanjakan adalah titik tertinggi untuk menikmati matahari terbit di kawasan Bromo, dan dari sini, keindahan alam Jawa Timur terlukis dengan sempurna.


Saat cahaya pertama mulai menyapa langit, Gunung Bromo muncul dari kegelapan malam, diselimuti kabut tipis yang menambah aura misterius. Di kejauhan, Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, menjulang dengan megah, mengeluarkan asap tipis dari kawahnya. Perlahan, matahari mulai naik, mewarnai langit dengan gradasi warna oranye, merah muda, dan ungu yang memukau. Saat itulah, keajaiban alam ini seakan membangunkan setiap jiwa yang menyaksikannya, mengingatkan kita akan betapa kecilnya kita di hadapan kebesaran alam semesta.


 Lautan Pasir yang Menggugah Imajinasi


Setelah puas menikmati matahari terbit, perjalanan berlanjut menuju lautan pasir, yang dikenal sebagai "Pasir Berbisik." Lautan pasir ini adalah salah satu fenomena alam yang unik, di mana hamparan pasir vulkanik seluas 10 kilometer persegi mengelilingi Gunung Bromo. Pasirnya yang halus dan angin yang berhembus kencang menciptakan suara gemerisik, seakan-akan pasir-pasir ini sedang berbisik, menyampaikan kisah-kisah kuno yang tersembunyi di balik sejarah panjangnya.


Melintasi lautan pasir ini dengan jeep atau bahkan menunggang kuda, Anda akan merasa seperti sedang berada di dunia lain, dunia yang penuh dengan keajaiban dan misteri. Pasir yang berkilauan di bawah sinar matahari, gunung-gunung yang menjulang di sekeliling, serta siluet Bromo yang semakin jelas di depan mata, semuanya membentuk sebuah pemandangan yang begitu dramatis, yang seolah-olah diambil langsung dari film epik.


Pendakian ke Puncak Bromo


Tantangan selanjutnya adalah mendaki ke puncak Gunung Bromo. Meskipun tingginya hanya sekitar 2.329 meter di atas permukaan laut, pendakian ini tetap menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Jalan setapak yang harus dilalui terdiri dari 250 anak tangga yang curam, dan setiap langkah terasa berat karena ketinggian dan medan yang berpasir. Namun, semangat petualangan dan keinginan untuk menyaksikan keindahan dari dekat mendorong setiap pendaki untuk terus maju.


Sesampainya di puncak, Anda akan dihadapkan pada pemandangan kawah yang luas dan dalam, mengeluarkan asap belerang yang terus menerus. Bau belerang yang menyengat mungkin membuat sebagian orang mundur, tetapi pemandangan di sini sungguh menakjubkan. Dari tepi kawah, Anda dapat melihat ke dalam perut gunung berapi yang masih aktif ini, sebuah pemandangan yang mengingatkan kita akan kekuatan dahsyat alam yang tersembunyi di bawah permukaan bumi.


Keindahan yang Melampaui Pandangan


Keindahan Gunung Bromo tidak hanya berhenti pada pemandangan alamnya yang memukau. Di sekitar kawasan ini, terdapat desa-desa tradisional suku Tengger, yang dikenal dengan budaya dan adat istiadatnya yang masih terjaga dengan baik. Suku Tengger memiliki hubungan yang erat dengan Gunung Bromo, yang mereka anggap sebagai tempat suci. Setiap tahun, mereka mengadakan upacara Yadnya Kasada, di mana mereka mempersembahkan hasil bumi kepada Sang Hyang Widhi sebagai wujud syukur dan penghormatan.


Mengunjungi desa-desa ini, Anda akan merasakan suasana yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kota. Rumah-rumah tradisional yang sederhana, ladang-ladang pertanian yang hijau, serta senyum ramah penduduk lokal, semuanya menciptakan pengalaman yang begitu autentik dan menyentuh hati. Ini adalah salah satu keindahan Bromo yang tak terlihat oleh mata, tetapi dapat dirasakan oleh hati.


Menutup Hari dengan Langit yang Menghiasi Senja


Ketika hari mulai beranjak senja, pemandangan di Gunung Bromo berubah lagi, kali ini dengan warna-warna keemasan yang mengiringi matahari terbenam. Langit yang sebelumnya biru cerah kini berubah menjadi kanvas yang dipenuhi semburat oranye dan merah yang begitu mempesona. Senja di Gunung Bromo adalah momen yang mengingatkan kita bahwa setiap akhir dari perjalanan adalah awal dari petualangan baru.


Menyaksikan matahari terbenam dari Bromo, Anda akan merasa bahwa waktu seolah berhenti sejenak, memberi Anda kesempatan untuk merenung dan menghargai keindahan alam yang tiada tara ini. Bromo, dengan segala pesonanya, adalah cerminan dari kebesaran Sang Pencipta, yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala keindahan yang ada di dunia ini.


Penutup


Gunung Bromo bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga sebuah pengalaman spiritual dan emosional yang sulit untuk dilupakan. Dari matahari terbit yang menyapa dengan hangat, hingga lautan pasir yang penuh dengan bisikan misterius, setiap sudut Bromo menawarkan keindahan yang luar biasa. Keindahan alamnya, budayanya, serta petualangan yang ditawarkan menjadikan Bromo sebagai salah satu permata alam Indonesia yang patut untuk dijaga dan dilestarikan.


Perjalanan ke Gunung Bromo adalah perjalanan yang mengajarkan kita untuk menghargai keindahan alam, keberanian untuk menghadapi tantangan, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Setiap langkah di Bromo adalah pengingat bahwa kita adalah bagian dari alam ini, dan tugas kita adalah merawatnya dengan penuh cinta dan penghormatan.

PUISI CINTA "RINDU YANG TAK BERNAMA"


PUISI CINTA "RINDU YANG TAK BERNAMA"
https://pixabay.com/id/photos/jantung-cinta-percintaan-valentine-700141/

Di antara senyap malam yang bisu,  

kutemukan bayangmu melintas dalam lirih bayu.  

Seperti bintang yang malu, kau sembunyi dalam kelam,  

namun cahayamu tetap menusuk lembut, menelusup ke dalam relung hati yang merindumu.


Duhai kekasih yang tak terjangkau,  

engkau adalah alunan rindu yang menggema tanpa suara,  

adalah desir lembut pada helai daun yang jatuh,  

menggetarkan bumi dalam keheningan yang tak ternama.


Kasihmu bagai hujan di musim kemarau,  

jatuh perlahan, menghidupkan tanah-tanah tandus,  

mengalir di setiap celah hati yang hampir kering,  

menggenapi kekosongan dengan cinta yang mengalir abadi.


Senyummu, wahai puan,  

adalah lukisan pagi yang terjaga oleh embun,  

menjadi madah di bibir mentari yang malu-malu terbit,  

menyambut setiap helaan napas dengan kelembutan yang tiada tanding.


Setiap tatap matamu adalah rahasia semesta,  

terhampar dalam ribuan puisi yang tak pernah tertuliskan,  

kau adalah bait-bait cinta yang tak pernah usai kubaca,  

selalu memabukkan, selalu membawaku terbang melampaui batas akal.


Dalam dekapan malam yang sunyi,  

kutemukan diriku tenggelam dalam rindu tak bertepi,  

menggenggam angan tentang kita yang tak pernah benar-benar ada,  

namun selalu hidup dalam setiap detak jantung dan desah napasku.


Aku mencintaimu dalam bisikan angin yang lembut,  

dalam gema yang tak pernah selesai di telinga waktu,  

aku mencintaimu dalam diam yang tak terungkapkan,  

seperti laut mencintai pantai, tak pernah letih menunggu,  

meski tahu akhirnya kan selalu kembali pada kesepian.

PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN

  PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN (https://pixabay.com/id/photos/hujan-jalan-kota-pelabuhan-1479303/) Hujan menari di atas jendela, rintiknya...