![]() |
PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN (https://pixabay.com/id/photos/hujan-jalan-kota-pelabuhan-1479303/) |
(untuk siapapun itu yang dulu sempat ada dalam serangkaian buku harian namun kini sudah hilang tanpa kabar.terima kasih)
Setiap langka adalah kisah,Setiap kisah adalah cinta,dan setiap cinta adalah luka.di setiap luka yang ada pasti ada cerita,yang akan menjelma menjadi karya indah yang pernah tercipta. terima kasih @Nandasukmasari selamat membaca ~suaralukaa~
![]() |
PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN (https://pixabay.com/id/photos/hujan-jalan-kota-pelabuhan-1479303/) |
(untuk siapapun itu yang dulu sempat ada dalam serangkaian buku harian namun kini sudah hilang tanpa kabar.terima kasih)
Ilustrasi foto puisi kenangan di tepi meja
Di sudut meja, aroma manis melingkari,
Bango kecap manis menemani memori,
Di setiap tetes, ada cinta yang menari,
Mengingatkan kita pada cerita sejati.
Malam itu, rembulan menjadi saksi,
Tatapanmu hangat, membalut sunyi,
Kecap manis melumuri daging hati,
Seakan berkata, "Inilah kita, takkan terganti."
Kamu selalu tahu, rahasia rasa,
Manisnya cinta, bumbu setiap masa,
Bango hadir, bagai janji tak sirna,
Mengikat kenangan yang tak mudah lupa.
Tanganmu mengaduk, aku memandang,
Ada keajaiban dalam setiap tangkap pandang,
Romantisnya bukan hanya karena rempah melayang,
Tapi karena cinta, dalam hati yang kau pegang.
Kini, meja itu sepi, namun tetap hidup,
Aroma manisnya bertahan, menjadi penghibur,
Walau tak lagi ada kita berbincang di bawah lampu,
Bango kecap manis jadi kenangan yang selalu rindu.
Di setiap rasa, ada kisah kita terselip,
Cinta yang manis, tak pernah tergelincir,
Bango mengingatkan, cinta tak pernah usang,
Dalam kenangan, kita abadi dikenang.
Ilustrasi gambar Puisi:Dalam Hujan Aku Mengenangmu (pixabay.com)
Di balik tirai hujan yang menderu
ada kisah yang tak pernah berlalu.
Rintik-rintik itu mengetuk hati,
mengingatkanku pada sepi yang tak henti.
Kau hadir dalam tiap tetes yang jatuh,
seperti embun di pagi yang penuh jenuh.
Kala hujan turun, aku kembali merindu,
pada hadirmu yang kini entah di mana berlalu.
Hujan adalah pertemuan kita yang abadi,
suara gemericiknya seperti suara hati,
yang pelan-pelan mengalirkan luka,
namun juga menyembuhkan rindu yang ada.
Setiap deras, setiap titik,
membawaku jauh ke masa lalu yang klasik,
saat kita duduk di bawah langit kelabu,
berbagi tawa, cerita, dan rindu.
Kini hujan datang tanpa tawamu,
namun kenangan itu masih kerap menghibur pilu.
Kau yang pernah memeluk dalam keheningan,
meninggalkan jejak yang takkan hilang dalam ingatan.
Rinainya mengaburkan batas antara realita dan mimpi,
di dalamnya, aku menemukanmu kembali.
Mengulang kisah yang pernah kita rajut,
meski kini kau hanya bayang di sudut kalbu yang larut.
Andai bisa, ingin kurengkuh dirimu di antara butiran ini,
menghapus jarak dan waktu yang kini menghampiri.
Namun takdir tak bisa kuhentikan,
kau pergi membawa bagian hatiku yang takkan tergantikan.
Dalam derasnya, kuucapkan selamat tinggal,
pada kenangan yang kini berangsur pudar,
tapi tetap tinggal dalam relung yang teramat dalam,
seperti hujan, kau abadi dalam ingatan yang takkan tenggelam.
Maka biarlah hujan jadi saksiku malam ini,
menyampaikan rinduku yang tak bertepi.
Di tiap rintiknya, kusisipkan namamu,
sebagai pesan cinta yang tak pernah berlalu.
---
Semoga puisi ini bisa mewakili tema yang diinginkan.
PUISI:KERINDUAN RINTIK HUJAN (https://pixabay.com/id/photos/hujan-jalan-kota-pelabuhan-1479303/) Hujan menari di atas jendela, rintiknya...