Cerpen Romantis:Bayang Gelap di Balik Cinta
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ilusi foto Cerpen Romantis:Bayang Gelap di Balik Cinta:https://pixabay.com/id/photos/hitam-warna-cairan-lebih-wajah-5273871/ |
Aku
selalu percaya bahwa cinta adalah segalanya. Namun, pada malam itu, keyakinanku
diuji oleh bayang-bayang kegelapan yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Malam
itu terasa berbeda. Udara dingin menggigit wajahku saat aku berjalan menyusuri
jalan setapak menuju apartemen kami. Lampu jalan memancarkan cahaya kuning
pucat, menciptakan bayangan panjang di trotoar. Hatiku dipenuhi kegelisahan
yang sulit dijelaskan.
Sesampainya
di pintu, aku menatap nomor apartemen yang terpampang jelas di atasnya.
Menghela napas panjang, aku mengetuk pintu dengan lembut. Tak lama kemudian,
pintu terbuka oleh Maya, kekasihku yang cantik dan selalu penuh perhatian.
“Hey,
kamu kelihatan gelisah. Ada apa?” tanyanya sambil menyambutku dengan senyum
manisnya.
“Aku
cuma butuh bicara, Maya. Bisakah kita duduk sebentar?” jawabku, mencoba menahan
suara gemetar.
Kami
duduk di ruang tamu yang remang. Lampu meja menyinari wajah Maya yang terlihat
khawatir.
“Mungkin
ada yang salah, Apa yang terjadi?” tanya Maya, menggenggam tanganku dengan
lembut.
Aku
menarik napas dalam-dalam. “Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres antara kita
akhir-akhir ini. Aku merasakan jarak di antara kita, dan itu membuatku cemas.”
Maya
tersenyum tipis, mencoba menenangkan hatiku. “Aku juga merasakan hal yang sama,
tapi aku yakin kita bisa menyelesaikannya bersama. Kamu tahu aku selalu setia
padamu.”
Namun,
hatiku masih merasa tidak tenang. Malam itu, aku memutuskan untuk mencari
jawaban. Tanpa sepengetahuan Maya, aku mengakses pesan-pesan di teleponnya yang
tergeletak di meja. Hatinya memberitahu bahwa dia sedang sibuk bekerja, tapi
rasa penasaran mengalahkan kewaspadaanku.
Pesan-pesan
itu mengungkapkan sesuatu yang mengerikan. Maya tengah berselingkuh dengan
seorang pria bernama Daniel. Rasa sakit dan pengkhianatan langsung menyergap
hatiku. Aku merasa duniamu hancur dalam sekejap.
Aku
kembali ke kamar dengan mata yang berkaca-kaca. "Maya, ada sesuatu yang
perlu kukatakan," panggilku dengan suara berat.
Dia
masuk, tampak cemas. “Apa yang kau maksud?”
Dengan
suara gemetar, aku berkata, “Aku tahu tentang Daniel. Aku melihat
pesan-pesannya. Mengapa kau tega mengkhianatiku?”
Maya
terdiam sejenak, lalu menunduk. “Aku... aku tidak tahu harus berkata apa.
Maafkan aku, aku terbawa perasaan.”
Emosi
menguasai diriku. “Bagaimana bisa kau tega melakukan ini? Setelah semua yang
telah kita lalui bersama!”
Maya
mencoba mendekat, namun aku mundur. “Aku tak bisa percaya kau melakukan ini.
Aku merasa seperti hancur.”
Percakapan
kami berubah menjadi debat yang memanas. Kata-kata tajam terucap, dan
ketegangan meningkat. Aku merasa seperti berada di ambang kehancuran.
Malam
itu, setelah pertengkaran yang tak kunjung usai, aku berjalan keluar dari
apartemen dengan kepala penuh kemarahan dan rasa sakit. Angin malam menerpa
wajahku, dan aku mencoba mengendalikan emosi yang menggulung dalam diriku.
Tiba-tiba,
aku mendengar suara langkah kaki di belakangku. Ketika aku berbalik, aku
melihat Maya berdiri di ujung jalan, matanya penuh air mata.
“Minta
maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu,” katanya lirih.
Namun,
dalam kegelapan malam, aku tak bisa menahan diri lagi. Rasa sakit dan
pengkhianatan membuat pikiranku kabur. “Maafkan kamu? Bagaimana mungkin?”
Maya
melangkah mendekat, mencoba meraih tanganku. “Tolong, kita bisa memperbaikinya.
Aku mencintaimu.”
Namun,
kata-kata itu hanya menambah amarahku. Dalam sekejap, aku meraih sesuatu dari
saku jaketku—sebuah pisau kecil yang selalu ku bawa untuk keamanan. Dengan
tangan gemetar, aku menusuk Maya, dan darah mengalir deras di jalanan yang
sepi.
“Saya...
saya mencintaimu,” suaranya terputus saat darah mulai memenuhi wajah cantiknya.
Aku
berdiri terpaku, napasku terengah-engah. Realitas yang mengerikan mulai
menyadari apa yang telah kulakukan. Keheningan malam kembali menyelimuti, hanya
terdengar suara tetesan darah yang jatuh ke aspal.
Beberapa
jam kemudian, polisi datang dan menemukan tubuh Maya di jalan. Aku ditangkap
dan diinterogasi, namun tidak bisa membantah apa yang terjadi. Semua bukti
mengarah padaku sebagai pelaku.
Di
ruang tahanan, aku duduk sendirian, teringat kembali semua momen indah yang
pernah kami lalui. Kenangan itu kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak
pernah berakhir. Aku menyadari bahwa cinta yang seharusnya membawa kebahagiaan,
malah membawa kehancuran dan kematian.
Hari-hari
berlalu dengan lambat. Aku merenungkan setiap langkah yang kulakukan, setiap
keputusan yang membawa pada tragedi ini. Rasa bersalah menghantui setiap detik
hidupku, dan aku tak bisa melupakan wajah Maya yang penuh luka.
Akhirnya,
di balik jeruji besi, aku menemukan kebenaran pahit tentang diri sendiri. Cinta
yang kupercaya begitu kuat ternyata rapuh dan bisa hancur dalam sekejap. Aku
menyadari bahwa dalam cinta, kepercayaan dan pengertian adalah fondasi yang tak
boleh dilupakan.
Kini,
aku hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi, berharap bahwa Maya dapat
menemukan kedamaian di alam sana. Dan aku, terjebak dalam penyesalan yang tak
pernah usai, belajar bahwa cinta sejati harus dibangun dengan kejujuran dan
kesetiaan, bukan dengan bayang-bayang kecurangan dan dendam.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar