Cerita Pendek:Duri dalam Mawar

Gambar
  Ilusi gambar Cerita Pendek:Duri dalam Mawar  https://pixabay.com/id/photos/pasangan-matahari-terbenam-6562725/ Hujan mengguyur lebat malam itu, membasahi jalan setapak menuju rumah tua di pinggir kota. Lampu jalan yang remang-remang memantulkan bayangan pohon yang melambai seperti sosok-sosok hantu. Di dalam rumah itu, tiga jiwa terjerat dalam cinta yang gelap. Amara duduk di sofa ruang tamu, menatap cangkir teh di tangannya yang dingin. Hatinya berdenyut oleh kecamuk rasa bersalah dan kebencian. Di seberangnya, Reza berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding, rokok terselip di antara jari-jarinya. “Amara,” kata Reza dengan suara rendah. “Kamu harus memilih. Aku atau dia.” Amara mendongak, matanya yang kelam bertemu dengan tatapan tajam Reza. “Ini tidak semudah itu, Reza. Aku mencintai kalian berdua. Tapi...” Suaranya pecah, tertahan oleh air mata yang menggantung di kelopak matanya. Pintu depan berderit terbuka, dan langkah berat terdengar dari koridor. Arya muncu...

KUMPULAN PUISI SEPTEMBER PALING ROMANTIS

 September yang Tercabik

ilusi photo September yang Tercabik
ilusi foto puisi september yang tercabik
https://pixabay.com/id/photos/penari-tarian-pasir-pantai-menari-5576002/


Di ambang September yang temaram,  

Bulan memancar sinar kesepian,  

Terlukis pada langit yang muram,  

Hati ini terasa perih dalam diam.


Angin malam menyusup hampa,  

Membawa rindu yang tak berbalas,  

Seperti daun yang gugur tanpa suara,  

Jatuh, terpisah, hilang, dan tak terbatas.


Kenanganmu datang mengusik malam,  

Seperti hujan yang tiba-tiba deras,  

Menyelimuti jiwa dengan kesedihan kelam,  

Meninggalkan luka yang tak pernah terbebas.


Kau yang pernah menjadi pelabuhan,  

Kini hanya bayang yang tak terjangkau,  

Seperti mimpi yang usang dan terlupakan,  

Tinggalkan jejak luka di setiap langkah ini.


September, bulan cinta yang terkoyak,  

Menyisakan air mata di setiap sudut,  

Semua janji yang dulu terucap,  

Kini hancur seperti debu yang terhempas.


Dalam kegelapan, aku mencoba bertahan,  

Meski tanpa hadirmu, terasa berat.  

Namun, September tak memberi belas kasihan,  

Menyisakan hati yang retak, tersayat.


Oh, September, bulan penuh duka,  

Di sinilah cinta kita berakhir,  

Dalam kesunyian, aku mengeja luka,  

Dan mengenangmu dalam kesedihan yang tak pernah pudar.



Di Bawah Langit September

ilusi foto Di Bawah Langit September
Ilusi foto puisi dibawah langit septembr
https://pixabay.com/id/photos/aptos-dermaga-semen-hari-kelabu-296159/


Di bawah langit September yang pucat,  

Waktu seakan berjalan pelan,  

Langkah-langkah kenangan mengukir jejak,  

Di jalan sunyi yang pernah kita tempuh bersama.  


Di daun-daun yang gugur, ku temukan sisa-sisa rindu,  

Berguguran perlahan seperti harapan yang pudar,  

Aku meraba bayanganmu di setiap sudut malam,  

Namun yang tersisa hanya dinginnya sepi yang merangkul.  


Hatiku retak, seperti kaca yang pecah tanpa suara,  

Kata-kata yang dulu manis, kini hanya menyisakan pahit,  

September ini, kau hilang tanpa jejak,  

Menyisakan luka yang tak kunjung sembuh.  


Apakah cinta pernah benar-benar ada,  

Ataukah hanya bayang-bayang yang bermain di antara kita?  

Setiap malam aku bertanya pada bintang,  

Namun mereka bisu, menyimpan rahasia yang tak terungkapkan.  


Di ujung senja yang muram, ku kenang senyummu,  

Senyum yang dulu menghangatkan, kini menjadi dingin,  

Seperti angin malam yang membawa pergi sisa-sisa mimpi,  

Mimpi yang dulu kita rangkai dengan penuh harapan.  


Kini aku berdiri sendiri, di bawah langit September,  

Merangkul sepi yang kau tinggalkan,  

Menanti waktu yang akan menyembuhkan,  

Meskipun luka ini tak pernah benar-benar hilang.  


Namun aku tahu, meski perih, aku akan kuat,  

Seperti bulan yang tak pernah hilang meski tertutup awan,  

Aku akan bertahan, meski tanpa hadirmu,  

Karena di balik awan, aku yakin,  

Ada sinar yang menunggu, untuk menyapaku kembali.  


Di bawah langit September ini,  

Aku belajar melepaskan,  

Bukan karena aku tak mencintaimu lagi,  

Tapi karena aku tahu, cinta sejati tak pernah memaksa.  


Kau pergi, dan aku akan belajar untuk berdamai,  

Dengan luka, dengan kenangan, dengan kehilangan,  

September ini menjadi saksi,  

Bahwa meski hati patah, jiwa tetap akan terbang.



Sepi di Bulan September

Sepi di Bulan September
Ilusi foto puisi sepi di bulan september
https://pixabay.com/id/photos/buku-catatan-kacamata-bepergian-1130743/


Di bulan September yang muram,  

angin membawa rindu yang terluka,  

hujan datang perlahan, seperti air mata  

jatuh di atas daun yang rapuh,  

meresap ke dalam tanah yang kering.  


Ada kesedihan yang mengendap di ujung senja,  

di mana bayang-bayang kenangan  

bermain di antara sisa cahaya,  

menggenggam janji yang tak lagi nyata.  

Kau pergi bersama angin,  

meninggalkan jejak langkah yang perlahan memudar.  


Malam terasa lebih panjang,  

bulan seakan enggan menatap bumi,  

bersembunyi di balik awan kelabu.  

Hanya bintang-bintang yang bersinar redup,  

menyaksikan hati yang tak lagi utuh,  

pecah berkeping-keping di bawah langit yang sama.  


September datang, membawa dingin yang menusuk,  

menggugurkan daun-daun harapan,  

mengubur impian yang pernah kita rajut.  

Rindu menjadi duri dalam daging,  

menghantui setiap detik yang berlalu,  

sementara bayanganmu masih ada di setiap sudut.  


Mungkin kau tak akan pernah tahu,  

betapa perihnya menatap senja,  

ketika semua yang tersisa hanya kenangan,  

dan bulan September yang penuh luka.  

Aku tetap di sini, dalam sepi yang tak bertepi,  

berharap waktu bisa menyembuhkan,  

meski tahu, luka ini akan selalu meninggalkan bekas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pendek:Cinta Di Sepertiga Malam

Cerita Pendek Romantis:Jarak Yang Mematikan

Puisi:Dalam Hujan Aku Mengenangmu